Senin, 14 Oktober 2013

Trend Dan Issue Keperawatan Anak Terkait Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)


Anak bukanlah miniatur dari orang dewasa, anak berbeda sifat, tingkah laku, keinginan yang berbeda dengan orang dewasa. Umumnya orang dewasa menganggap merawat anak sama dengan merawat dirinya sendiri dan perlakuannya pun tidak dibedakan.

Dewasa ini banyak hal yang terjadi terkait masalah-masalah anak yang mengakibatkan/berefek pada fisik maupun psikologis anak yang disebabkan oleh orang tua, lingkungan ataupun keterbatasan/kelainan yang ditimbulkan faktor genetik/biologis anak tersebut. Salah satunya adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Anak dengan kebutuhan khusus adalah istilah klasifikasi untuk menerangkan tentang anak dan remaja yang secara fisik, psikologis, dan atau sosial mengalami masalah yang serius dan menetap (Mohon and Kibirige, 2004).
 Anak dengan kemampuan khusus atau anak dengan kemampuan berbeda
mempunyai arti yang luas meliputi:
a) Anak dengan kemampuan lebih dan
b) Anak dengan kemampuan kurang
Anak Berkebutuhan Khusus memiliki atau berisiko tinggi terjadinya :
• Kondisi fisik kronik
• Perkembangan perilaku dan kondisi emosional
• Perkembangan yang menyimpang dari standar
Anak Berkebutuhan Khusus membutuhkan layanan khusus baik jenis, kualitas, kuantitas maupun intensitas layanan kesehatan yang lebih.
Anak Berkebutuhan Khusus juga memiliki atau berisiko tinggi terkait dengan masalah dilingkungan seperti pelecehan seksual terhadap anak dan penyalahgunaan zat adiktif/obat. (Katsner, 2004; Hommer, 2008)

Secara global diperkirakan ada 370 juta penyandang disabilitas atau sekitar 7% populasi dunia di mana 80 juta di antaranya membutuhkan rehabilitasi dan dari jumlah tersebut hanya 10% saja yang mempunyai akses ke pelayanan tersebut (WHO, 2002).
Di Indonesia diperkirakan sekitar 3-7% atau sekitar 5,5-10,5 juta anak usia di bawah 18 tahun (UU Perlindungan Anak no. 22 tahun 2004) menyandang ketunaan atau masuk kategori anak berkebutuhan khusus.
Penurunan angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita (AKABA) seharusnya tidak diikuti dengan peningkatan angka kecacatan (disability / difability).
Pengendalian angka kelahiran dan penurunan AKB dan AKABA -- program
peningkatan kualitas anak
* Life saving technology dan meningkatnya usia harapan hidup -- disabilitas meningkat

FAKTOR RISIKO DISABILITAS
a. Faktor genetik;
b. Faktor lingkungan baik lingkungan internal (faktor-faktor yang terdapat dalam diri janin/bayi atau anak itu sendiri) dan faktor ekstrinsik seperti kondisi ibu hamil, lingkungan tempat tinggal, pola asuh (otoriter, partisipatif, demokratis, permisif), pola makan,
c. Faktor rekayasa (terstruktur dan sistematis) baik rekayasa genetik maupun rekayasa lingkungan.

PENYEBAB DISABILITAS
 Disabilitas bawaan : biasanya terjadi ketika anak masih dalam kandungan yang disebabkan ibu mengalami gangguan penyakit atau metabolisme, kelainan kromosomal, gangguan genetik, dll
Disabilitas yang diturunkan (herediter): disebabkan kelainan genetik, misalnya : distrophia musculorum progresive, penyakit down syndrome.
Disabilitas yang tidak diturunkan (non-herediter) : disebabkan waktu ibu hamil minum alkohol berat, kurang gizi, mengalami infeksi rubella dan toxoplasma, kekurangan hormon thiroid, trauma pada perut ibu amil atau akibat radiasi.

 Disabilitas setelah lahir (didapat) : terjadi pada saat proses kelahiran bayi -- kesalahan penanganan waktu persalinan, terinfeksi penyakit, bakteri, virus, kurang gizi, kecelakaan
– Trauma kecelakaan
– Kecacatan akibat kecelakaan
– Kecacatan akibat bencana alam dan sosial
– Penyakit (Penyakit infeksi : TBC, polio, dll; Penyakit pengeroposan tulang; Penyakit metabolik; Penyakit gizi)

DETEKSI DINI ANAK DENGAN DISABILITAS
Deteksi dini merupakan upaya penjaringan atau penemuan anak berkelainan (penemuan kasus) dan penyaringan atau penemuan faktor risiko (Sunartini 1992, Sunartini 2007, Ali Syahbana, 1996). Tujuan deteksi dini menemukan kelainan atau penyakit yang menyebabkan sesuatu kecacatan/ketidakmampuan sedini mungkin sebelum kelainan atau kecacatan yang lebih serius muncul dengan akibat yang lebih buruk.
Beberapa kriteria untuk dilakukannya skrining antara lain :
1) Keadaan atau kelainan yang mempunyai nilai penting bagi kesehatan masyarakat;
2) Terdapat obat atau tindakan lain untuk menanganinya;
3) Adanya fasilitas diagnostik dan pengobatan yang memadai dan terbukti bekerja efektif untuk mengatasi kondisi hanya yang belum pasti/belum jelas;
4) Keadaan dalam fase laten atau tanda awal yang dapat dikenali oleh orang tuanya dan diketahui oleh profesional (dokter, perawat atau bidan);
5) Pemeriksaan yang dilakukan sedapat mungkin yang sederhana, mudah, dan valid untuk keadaan/kelainan yang masih menjadi pertanyaan.


INTERVENSI DINI ANAK DENGAN DISABILITAS
Imunisasi atau vaksinasi merupakan pemenuhan hak anak untuk mendapatkan perlindungan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (Sri Rejeki, 2000, Depkes,2006).
Intervensi dini meliputi rehabilitasi, substitusi hormon, diet khusus maupun tindakan-tindakan pengobatan, tindakan operasi maupun koreksi bila diperlukan.

ISSUE-ISSUE ANAK DENGAN DISABILITAS
a) Masalah pertumbuhan dan perkembangan anak
b) Hak anak tidak cukup disosialisasikan dan belum sepenuhnya dilaksanakan
c) Tidak terpenuhinya fasilitas kesehatan dan sekolah.
d) Anak dijadikan pekerja
e) Perdagangan anak
f) Anak berkebutuhan Khusus juga memiliki atau beresiko tinggi terkait dengan masalah dilingkungan seperti pelecehan seksual terhadap anak dan penyalahgunaan zat adiktif/obat.








Bahan Lainnya..

Toilet Training, Latihan mengontrol Kemih dan Buang Air Besar
Apa sih Endorfin/Endorphine itu
Terapi Kejang Listrik/Electro Convultion Therapy
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Sample Text

Copyright © Sharing and Health Education | Powered by Blogger