Selasa, 11 September 2012

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP KECERDASAN EMOSI PADA ANAK AUTIS

Oleh : Wiwik Endang Susilowati1,Yuly Peristyowati2, Prima Dewi Kusumawati2


Latar Belakang : Musik terutama musik klasik sangat mempengaruhi perkembangan IQ (Inteligent Quotient) dan EQ (Emotional Quotient). Anak autis mengalami gangguan perkembangan yang kompleks sehingga mengakibatkan gangguan pada perkembangan komunikasi, perilaku dan kecerdasan emosionalnya.
Tujuan Penelitian : Mengetahui pengaruh terapi musik klasik terhadap kecerdasan emosi pada anak autis.
Metode Penelitian : Jenis penelitian ini menggunakan desain Pre-Eksperiment, One-group pra-post test design dengan populasi seluruh siswa siswi di Pusat Terapi Autis Cahaya Ananda Kepatihan Tulungagung. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi sebanyak 16 responden dengan teknik pengambilan sampling secara Total Sampling. Waktu penelitian dimulai tanggal 10 Maret - 30 Maret 2012. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi. Data yang telah terkumpul diolah dengan uji statistik Wilcoxon dengan kemaknaan α < 0,05.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan kecerdasan emosional anak autis yaitu kecerdasan emosional sebelum terapi musik sebagian besar adalah cukup yaitu 8 responden (50 %) dari 16 responden, dan sesudah terapi musik sebagian besar adalah cukup yaitu 7 responden (43%) dari 16 responden.
Kesimpulan : Ada pengaruh terapi musik klasik terhadap kecerdasan emosional anak autis dengan uji wilcoxon dengan hasil p-value = 0,007 yang berarti kurang dari 0,05, sehingga tolak H0, yang berarti ada pengaruh terapi musik klasik terhadap kecerdasan emosi pada anak autis
Kata Kunci : Terapi musik klasik, kecerdasan emosional, anak autis





Pendahuluan


Musik terutama musik klasik sangat mempengaruhi perkembanngan IQ (Intelegent Quotient) dan EQ (Emotional Quotient). Seorang anak yang sejak kecil terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan emosional dan intelegensinya dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik (Christanday,2007). IQ menyumbang paling banyak 20% bagi kesuksesan hidup seseorang, sedangkan 80% ditentukan oleh Emotional Quotient (EQ). Kecerdasan akademis praktis tidak menawarkan persiapan untuk menghadapi gejolak yang ditimbulkan oleh kesulitan hidup. Banyak bukti yang memperlihatkan bahwa orang yang secara emosional cakap mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, serta mampu membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif, memiliki keuntungan dalam setiap bidang kehidupan (Anonymous, 2004). Kecerdasan emosi mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda, tetapi saling melengkapi, dengan demikian pola asuh yang diterapkan pada anak harus mencakup hal-hal yang mendukung terciptanya peningkatan kecerdasan emosi pada anak, pemberian pola asuh yang baik akan sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosi pada anak dan perkembangan sosial anak, oleh sebab itu seorang ayah juga wajib berperan aktif dalam memberikan asuhan pada anak.
Autisme adalah sebuah sindrom gangguan perkembangan system syaraf pusat yang ditemukan pada sejumlah anak ketika masa kanak – kanak hingga masa sesudahnnya (Purwati, 2007). Salah satu penyebab autis dapat dikarenakan adanya kelainan pada otak anak, yang berhubungan dengan jumlah sel syaraf, baik itu selama kehamilan maupun setelah persalinan, kemudian juga disebabkan adanya kongenital Rubella, Herpez Simplex Enchepalitis, dan Cytomegalovirus Infection (Kurniasih, 2002).
Prevalensi autisme pada anak berkisar 2 – 5 penderita dari 10.000 anak – anak dibawah 12 tahun. Sedangkan prevalensi anak autis disertai dengan keterbelakangan mental perbandinganya meningkat, sebanyak 20 pasien dari 10.000 anak (Pratiwi, 2007). Adapun rasio perbandingannya 3 anak laki – laki dan 1 anak perempuan (3 : 1). Dengan kata lain, anak laki – laki lebih rentan menyandang sindrom autisme dibandingkan anak perempuan. Bahkan diprediksikan oleh para ahli bahwa kuantitas anak autisme pada tahun 2010 akan mencapai 60% dari keseluruhan populasi anak di seluruh dunia (Purwati, 2007).
Dari hasil studi pendahuluan tentang pengukuran kecerdasan emosi  anak autis yang dilakukan di Pusat Terapi Autis Cahaya Ananda di Kelurahan Kepatihan,  Tulungagung pada tanggal  4 Desember 2011 terhadap 3 anak autis. Ditemukan 2 anak mempunyai kecerdasan emosi sedang dan 1 anak mempunyai kecerdasan emosi rendah . Hal ini membuktikan bahwa rata - rata anak autis mengalami gangguan kecerdasan emosi.
Anak Autisme mengalami gangguan perkembangan yang kompleks yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada otak, sehingga mengakibatkan gangguan pada perkembangan komunikasi, perilaku, kemampuan sosialisasi, sensori, dan belajar (Ginanjar, 2001). Anak autisme sering terisolasi dari lingkungan dan hidup di dunianya sendiri, tidak bisa berbicara secara normal, berkomunikasi, berhubungan dengan orang lain dan belajar berinteraksi dengan seseorang. Penyandang autisme pada umumnya tidak mampu mengembangkan permainan yang kreatif dan imajinatif. Oleh karena itu mereka membutuhkan stimulasi agar bisa mengembangkan daya kecerdasan emosidan imajinasinya untuk dapat bersosialisasi dengan orang lain (Pratiwi, 2007). Terapi autisme menurut Tjin Wiguna (2002) yang ditulis oleh Astuti (2007) adalah penatalaksanaan anak dengan gangguan autisme secara terstruktur dan berkesinambungan untuk mengurangi masalah perilaku dan untuk meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan anak sesuai atau paling sedikit mendekati anak seusianya dan bersifat multi disiplin yang meliputi: (1) terapi perilaku berupa ABA (Applied Behaviour Analysis), (2) terapi biomedik (medikamentosa), (3) terapi tambahan lainnya yaitu, terapi wicara, terapi sensory integration, terapi musik, terapi diet, dll .
Menurut Astuti (2007) juga menemukan bahwa musik dapat, memperbaiki kepercayaan diri, mengembangkan ketrampilan sosial, menaikkan perkembangan motorik persepsi dan perkembangan psikomotor. Pendapat ini didukung oleh penelitian yang dilakukan ahli saraf dari Universitas Harvard, Mark Tramo, (2006). Ia mengatakan, di dalam otak terdiri dari jutaan neuron yang menyebar di otak akan menjadi aktif saat mendengarkan musik. Rangsangan neuron itulah yang meningkatkan kecerdasan. Maka dari itu, diperlukan suatu kerjasama antara tenaga pendidik, tenaga medis, termasuk perawat serta psikiatri atau psikolog agar dapat mendeteksi dini dan untuk penanganan secara cepat dan tepat bagi para penderita autis (Pratiwi, 2007)


Metode


Jenis penelitian ini adalah Pra Eksperimental Pre Post Test Design dengan Seluruh siswa – siswi autis di  Pusat Terapi Autis Cahaya Ananda yang didiagnosa autis murni, berjumlah 16 orangSampel dalam penelitian ini adalah Seluruh siswa – siswi autis di  Pusat Terapi Autis Cahaya Ananda yang didiagnosa autis murni, berjumlah 16 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik total sampling, yaitu  tehnik penentuan sampel yang di gunakan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil (Sugiyono, 2006)
Lokasi penelitian dilaksanakan di Lokasi dalam penelitian ini di lakukan di di Pusat Terapi Autis Cahaya Ananda di Kelurahan Kepatihan,  Tulungagung. Waktu penelitian ini di lakukan pada tanggal 10 Maret 2012 sampai dengan 30 Maret 2012. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini yaitu alat pemutar musik dari perangkat tape recorder dan lembar observasi kecerdasan untuk mengukur tingkat kecerdasan emosional anak. Pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan surat permohonan untuk mendapatkan rekomendasi dari Ka-Prodi S1 Keperawatan STIKES Surya Mitra Husada - Kediri dan permintaan ijin kepada Kepala Pusat Terapi Autis Cahaya Ananda di Kelurahan Kepatihan Tulungagung. Setelah data terkumpul dengan observasi, selanjutnya dilakukan pengolahan data, yang meliputi pengecekan kelengkapan data (editing), pemberian nilai (scoring), pemberian kode (coding) dan tabulasi data (tabulating). Data kemudian dianalisa dengan menggunakan uji Wilcoxon.

Hasil

Kecerdasan emosional anak autis setelah terapi musik :
Kecerdasan Emosional
Jumlah
Prosentase
Kurang
Cukup
Baik
3
7
6
19 %
43 %
38 %
Total
16
100 %

Karakteristik Responden Berdasarkan Derajat Autis :
Derajat Autisme
Jumlah
Prosentase
Ringan
Sedang
Berat
10
3
3
62 %
19 %
19 %
Total
16
100 %

Uji statistik dilakukan dengan menggunakan uji wilcoxon

Kecerdasan_emosi_posttest - Kecerdasan_emosi_pretest
Z
-2.714a
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Based on negative ranks
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
.007

Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon dengan program SPSS for Windows 16.0, diketahui bahwa nilai p-value adalah 0,007, yang berarti kurang dari  0,05, sehingga tolak H0 yang berarti ada pengaruh terapi musik klasik terhadap kecerdasan emosi pada anak autis di Pusat Terapi Autis Cahaya Ananda Kepatihan Tulungagung. Hal ini didukung oleh data tabulasi silang sebelum terapi musik klasik dengan sesudah terapi musik klasik, dan diketahui bahwa  pula terdapat 5 responden yang sebelum terapi musik memiliki kecerdasan emosional yang kurang dan sesudah terapi musik memiliki kecerdasan emosional yang cukup, serta 5 responden yang sebelum sebelum terapi musik memiliki kecerdasan emosional yang cukup dan sesudah terapi musik memiliki kecerdasan emosional yang baik.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penemuan para peneliti bahwa musik dapat meningkatkan kreativitas, memperbaiki kepercayaan diri, mengembangkan ketrampilan sosial, menaikkan perkembangan motorik persepsi dan perkembangan psikomotor (Astuti,2007). Pendapat ini didukung oleh penelitian yang dilakukan ahli saraf dari Universitas Harvard, Mark Tramo , M.D (2006) yang ditulis oleh Pratiwi, 2007, ia mengatakan bahwa di dalam otak kita yang terdiri dari jutaan neuron yang menyebar di otak akan menjadi aktif saat mendengarkan musik. Hal inilah yang menyebabkan aliran impuls listrik antar sel    berangsur – angsur kembali normal, sehingga terjadi keseimbangan neurotransmitter yang membantu anak untuk berimajinatif dalam rangka meningkatkan kreativitas. lewat tulisan-tulisannya. Ia percaya bahwa objek dari terapi Menurut Margaret Anderton (2002), seorang guru piano berkebangsaan Inggris, yang mengemukakan tentang efek alat musik (khusus untuk pasien dengan kendala psikologis) karena hasil penelitiannya menunjukkan bahwa timbre (warna suara) musik dapat menimbulkan efek terapeutik.
Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa terdapat peningkatan kecerdasan emosional anak autis melalui terapi musik klasik, dimana terdapat 5 responden yang sebelum terapi musik memiliki kecerdasan emosional yang kurang dan sesudah terapi musik memiliki kecerdasan emosional yang cukup, serta 5 responden yang sebelum sebelum terapi musik memiliki kecerdasan emosional yang cukup dan sesudah terapi musik memiliki kecerdasan emosional yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa terapi musik klasik bisa meningkatkan kecerdasan emosional pada anak autis, baik dalam aspek intra pribadi (mengenali, mengelola, dan mengekspresikan emosi diri, serta memotivasi diri) maupun aspek antar pribadi (memahami emosi orang lain / empati dan membina hubungan dengan orang lain). Hal ini merupakan suatu kondisi yang harus dilakukan secara rutin dan kontinyu agar didapatkan hasil yang maksimal yang bisa membantu perkembangan anak autis selanjutnya


Kesimpulan


Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon diketahui nilai p-value adalah 0,007, yang berarti kurang dari  0,05, sehingga tolak H0 yang berarti ada pengaruh terapi musik klasik terhadap kecerdasan emosi pada anak autis di Pusat Terapi Autis Cahaya Ananda Kepatihan Tulungagung.

Dalam melakukan penelitian ini peneliti memiliki beberapa keterbatasan yaitu:



1.    Karakteristik responden yang didapatkan penulis hanya sebatas berdasarkan umur dan 
     jenis kelamin, masih banyak karakteristik lain yang harusnya ditampilkan oleh peneliti, 
     terutama yang berhubungan dengan penyebab terjadinya autisme.
2.    Waktu penelitian ini hanya selama 2 minggu, hal ini kurang sesuai dengan prinsip terapi pada anak autis yang membutuhkan proses yang lama, sehingga perlu dilakukan penelitian yang serupa dalam waktu yang lama.
3.      Tidak adanya kelompok kontrol dalam penelitian ini.
4.   Pemberian terapi musik tidak dibedakan sesuai dengan derajat autis (ringan, sedang, berat) sehingga ada yang tidak mengalami peningkatan derajat autis



Referensi




Anthony,Spawnthe.2003. Manfaat Musik, hhtp/www.partikelwebgaul.com/, Diakses 6 September 2007.
Anonymous , 2004. Mempersiapkan IQ dan EQ Anak, Percuma IQ Tinggi Jika Tak Diimbangi EQ, (Online), (http://www.pikiran-rakyat.com, diakses 19 Desember 2011).
Arikunto, Suharsimi.2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta; Jakarta.
Astuti, Idayu. 2007. Mengenal Autisme & Terapinya. http://autisme.or.id. Diakses 6 September 2011.
Christanday. Andreas. 2007. Pengaruh Musik pada Anak. http://angelfire.com. Diakses 6 September 2011.
Diamond, John...(et.al). Musik Sebagai Terapi. Diakses tanggal 5 September 2011.
Ginanjar. 2003. http://www.bundazepy. Diakses 12 Agustus 2011.
Goleman, D. 2003. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia.
Goleman, D. 2007. Emotional Intelligence: Kecerdasan Emosi Mengapa EI Lebih Penting Daripada IQ. Jakarta: Gramedia.
Hariwijaya, M. 2006. Tes EQ. Tes Kecerdasan Emosional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadis, Abdul. 2006. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus-Autistik. Alfabeta; Bandung.
Halim, Samuel., 2007. Efek Mozart dan Terapi Musik Dalam Dunia Kesehatan. Hhtp//www.tempo.co.id/medika, Diakses 5 September 2011.
Hidayat, Teddy. 2003. Musik Memiliki Pengaruh Dalam Kepribadian.

Holmes, Clive. 2003. Musik Terapi. http://kompas.com. Diakses 6 september 2011.
Masra, Ferizal. 2005. Autisme : Gangguan Perkembangan Anak. http://www.waspadaonline. Diakses 12 Agustus 2011.
Maulana, Mirza. 2007. Anak Autis;Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental Lain Menuju Anak Cerdas dan Sehat. Katahati; Yogyakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Edisi I, Salemba Medika, Jakarta.
Pandoe, Wing., 2006. Musik Terapi, hhtp//www.my.opera.com/paw,  Diakses  7 September 2011.
Pratiwi, E.S. 2007. Penanganan Terpadu Anak Autisme. http://pikiranrakyat.com. Diakses 6 September 2011.
Santosa, singgih. 2003. Mengatasi Berbagai Masalah Statistik Dengan SPSS Versi 11,5. PT Alex Media Komputindo; Jakarta.
Setiadi. 2007. Konsep – konsep penerapan Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta; Yogjakarta.
Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Penelitian. Alfabet; Bandung
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Sample Text

Copyright © Sharing and Health Education | Powered by Blogger