Kondisi Anak Indonesia Kita
Miris banget saat mendapat broadcast dari temen, awalnya tidak percaya lalu buktiin sendiri dengan membuka link republika. Membandingkan dengan fenomena yang terjadi, saat ini anak yang akan memasuki sekolah diwajibkan telah bisa membaca dan menulis secara minimalis serta ada yang membuat tes masuk sekolah dasar seperti mencari kerja, ada wawancara dan test tulis.
Padahal jika kita lihat dari segi perkembangan anak (menurut sigmun freud), kepribadian sebagian besar kepribadian dibentuk pada usia lima tahun. itu sebabnya mengapa usia lima tahun pada anak banyak disebut "Gold Period". Awal perkembangan ini (Usia 0 - 5 tahun anak) berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku anak dikemudian hari.
Melihat di republika, balita sudah banyak yang diajari membaca, menulis dan berhitung (calistung) dan orang tua merasa bangga apabila melihat anaknya saat masih kecil sudah bisa calistung.
Hal ini sangat bertentangan dengan teori perkembangan anak. Saat usia Todler (1-3 tahun) ataupun usia prasekolah (3-6 tahun) kebanyakan mereka adalah ingin bermain, jika usia tersebut sudah dimasukkan pembelajaran membaca, menulis dan berhitung (calistung) maka kesempatan anak untuk bermain akan berkurang, serta anak juga akan dipaksa untuk berfikir lebih ekstra dari pada bermain.
Saya sangat setuju sekali dengan kebijaksanaan pemerintah tentang hal ini sudah membuat peraturan pemerintah no. 17 tahun 2010 pasal 69 dan pasal 70. Dalam Peraturan pemerintah tersebut diatur untuk masuk Sekolah Dasar (SD) atau sederajat tidak didasarkan pada tes baca, tulis, hitung atau tes lainya. Jadi tidak ada alasan bagi pihak penyelenggara pendidikaan untuk menggelar tes masuk bagi calon peserta didiknya.
Tes masuk baca, tulis, hitung (calistung) semestinya dilakukan untuk mengetahui metode yang akan diambil oleh tim pengajar saat anak masuk sekolah, bukan untuk menentukan lulus atau tidak anak tersebut masuk dalam suatu sekolah dasar.
Kita hanya bisa berharap semoga pihak penyelenggara pendidikan dan masyarakat tahu tentang ini semua dan mulai mendidik anak dengan bijak. Anak pandai bukan hanya dilihat dari intelektualnya (IQ) saja, melainkan Emosionalnya (EQ) juga dipertimbangkan.
0 komentar:
Posting Komentar