-
Enter Slide 1 Title Here
This is slide 1 description. Go to Edit HTML of your blogger blog. Find these sentences. You can replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by NewBloggerThemes.com...
-
Enter Slide 2 Title Here
This is slide 2 description. Go to Edit HTML of your blogger blog. Find these sentences. You can replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by NewBloggerThemes.com...
-
Enter Slide 3 Title Here
This is slide 3 description. Go to Edit HTML of your blogger blog. Find these sentences. You can replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by NewBloggerThemes.com...
-
Enter Slide 4 Title Here
This is slide 4 description. Go to Edit HTML of your blogger blog. Find these sentences. You can replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by NewBloggerThemes.com...
-
Enter Slide 5 Title Here
This is slide 5 description. Go to Edit HTML of your blogger blog. Find these sentences. You can replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by NewBloggerThemes.com...
Selasa, 23 April 2019
Sabtu, 01 Desember 2018
Pendidikan dan Pelatihan Dalam Keperawatan
Pendidikan Keperawatan di Indonesia
Pendidikan keperawatan di indonesia melalui banyak proses dan banyak tahapan, dimulai dengan pembantu rawat, sekolah perawat, sekolah perawat kesehatan (SPK), diploma keperawatan, sarjana keperawatan, magister keperawatan hingga Doktor Keperawatan.Perkembangan ini melalui proses yang panjang agar dapat terakuinya bahwa perawat merupakan sebuah profesi.
Dilema saat ini adalah disaat undang-undang keperawatan sudah mencantumkan bahwa pendidikan perawat adalah minimal diploma III keperawatan, saat ini bermunculan SMK kesehatan yang mengambil jurusan keperawatan.
To Be Continue . . .
Materi Kegiatan..
Lampiran SK Kegiatan..
Senin, 27 Agustus 2018
Penanganan Luka Bakar pada anak
Dilaporkan 2010-2014 sebanyak 435 orang dan hampir 60% berusia dibawah 17 tahun (Harian Bhirawa, 2014).
Penyebab luka bakar pada anak meliputi
- Thermal Burn (Knalpot, setrika, air panas, lilin)
- Chemical Burn (Asam, alkali)
- Electrical Burns Injuries(EBIs)
Srivastava (2017) – 77 anak – Amputasi, 18 (23%), skin grafting 52 (67%) and flap cover in 29 (37%).
Sabtu, 23 Desember 2017
Buku Terapi Bermain Anak di Rumah Sakit
http://orcid.org/0000-0002-7877-1687
Synopsis Buku
Klik untuk download --> Download
--> Buku Ajar Terapi Bermain Anak
Selasa, 28 November 2017
Dampak Lingkungan terhadap kondisi psikososial anak
Abstract
Desain penelitian adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Responden diambil dengan menggunakan teknik Simple random Sampling. Populasi dalam penelitian ini Semua anak usia 4-6 tahun di Kelurahan Tosaren sebanyak 147 responden, sampel sebanyak 108 responden. Variabel independen adalah lingkungan keluarga, variabel dependen perkembangan psikosoial anak. Hasil analisis dengan menggunakan uji statistik Regresi logistic α=0,05.Hasil penelitian menunjukan hampir seluruh anak usia 4–6 di kelurahan Tosaren dengan lingkungan keluarga otoriter yaitu sebanyak 90 (83,3%) responden, sebagian besar anak usia 4–6 di kelurahan Tosaren dengan perkembangan psikosial bersalah yaitu sebanyak 75 (69,4%) responden dari total 108 responden. Hasil analisa data menunjukan bahwa tingkat signifikansi nilai p-value = 0,000 sehingga H1 diterima yang artinya ada pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan psikososial pada anak usia 4 – 6 tahun di Kelurahan Tosaren.Lingkungan mempengaruhi perkembangan psikososial anak, hal ini disebabkan karena lingkungan keluarga yang baik dapat memberikan kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan dirinya sesuai dengan norma yang ada dalam kelurga dan masyarakat, sedangkan lingkungan keluarga yang terlalu otoriter dapat membatasi anak dalam mengekspresikan dirinya karena ketika anak mau berbuat sesuatu tetapi selalu memiliki perasaan takut bersalah sehingga anak lebih banyak pasif
Senin, 27 November 2017
Hospitalisasi Anak
Hospitalisasi ini merupakan suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini (hospitalisasi) terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi stressor baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga, perubahan kondisi ini merupakan masalah besar yang menimbulkan ketakutan, kecemasan bagi anak yang dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan psikologis pada anak jika anak tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Respon fisiologis yang dapat muncul meliputi seperti perubahan pada sistem kardiovaskuler seperti palpitasi, denyut jantung meningkat, perubahan pola napas yang semakin cepat, selain itu, kondisi hospitalisasi dapat juga menyebabkan nafsu makan menurun, gugup, pusing, tremor, hingga insomnia, keluar keringat dingin dan wajah menjadi kemerahan. Perubahan perilaku juga dapat terjadi, seperti gelisah, anak rewel, mudah terkejut, menangis, berontak, menghindar hingga menarik diri, tidak sabar, tegang, dan waspada terhadap lingkungan. Hal-hal tersebut membuat anak tidak nyaman serta mengganggu proses perawatan dan pengobatan pada anak.
Hospitalisasi juga berdampak pada perkembangan anak. Hal ini bergantung pada faktor- faktor yang saling berhubungan seperti sifat anak, keadaan perawatan dan keluarga. Perawatan anak yang berkualitas tinggi dapat mempengaruhi perkembangan intelektual anak dengan baik terutama pada anak-anak yang kurang beruntung yang mengalami sakit dan dirawat di rumah sakit. Anak yang sakit dan dirawat akan mengalami kecemasan dan ketakutan.
Dampak jangka pendek dari kecemasan dan ketakutan yang tidak segera ditangani akan membuat anak melakukan penolakan terhadap tindakan perawatan dan pengobatan yang diberikan sehingga berpengaruh terhadap lamanya hari rawat, memperberat kondisi anak dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada anak. Dampak jangka panjang dari anak sakit dan dirawat yang tidak segera ditangani akan menyebabkan kesulitan dan kemampuan membaca yang buruk, memiliki gangguan bahasa dan perkembangan kognitif, menurunnya kemampuan intelektual dan sosial serta fungsi imun
Perkembangan anak-anak tidak lepas dari bermain. Bagi anak, seluruh aktivitasnya adalah bermain yang juga mencakup bekerja, kesenangannya dan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Ketika bermain, anak tidak hanya sekedar melompat, melempar atau berlari, tetapi mereka bermain dengan menggunakan seluruh emosi, perasaan, dan pikirannya. Demikian juga pada anak sakit, Bermain dapat digunakan sebagai media psiko terapi atau pengobatan terhadap anak yang dikenal dengan sebutan terapi bermain.
Meskipun hospitalisasi menyebabkan stress pada anak, hospitalisasi juga dapat memberikan manfaat yang baik, antara lain menyembuhkan anak, memberikan kesempatan kepada anak unuk mengatasi stres dan merasa kompeten dalam kemampuan koping serta dapat memberikan pengalaman bersosialisasi dan memperluas hubungan interpersonal mereka.
Dengan menjalani rawat inap atau hospitalisasi dapat menangani masalah kesehatan yang dialami anak, meskipun hal ini dapat menimbulkan krisis.
Manfaat psikologis selain diperoleh anak juga diperoleh keluarga, yakni hospitalisasi anak dapat memperkuat koping keluarga dan memunculkan strategi koping baru. Manfaat psikologis ini perlu ditingkatkan dengan melakukan berbagai cara, diantaranya adalah
- Membantu mengembangkan hubungan orangtua dengan anak
Kedekatan orang tua dengan anak akan nampak ketika anak dirawat di rumah sakit. Kejadian yang dialami ketika anak harus menjalani hospitalisasi dapat menyadarkan orang tua dan memberikan kesempatan kepada orang tua untuk memahami anak-anak yang bereaksi terhadap stress, sehingga orang tua dapat lebih memberikan dukungan kepada anak untuk siap menghadapi pengalaman di rumah sakit serta memberikan pendampingan kepada anak setelah pemulangannya. - Menyediakan kesempatan belajar
Sakit dan harus menjalani rawat inap dapat memberikan kesempatan belajar baik bagi anak maupun orangtua tentang tubuh mereka dan profesi kesehatan. Anak-anak yang lebih besar dapat belajar tentang penyakit dan memberikan pengalaman terhadap profesional kesehatan sehingga dapat membantu dalam memilih pekerjaan yang nantinya akan menjadi keputusannya. Orangtua dapat belajar tentang kebutuhan anak untuk kemandirian, kenormalan dan keterbatasan. Bagi anak dan orangtua, keduanya dapat menemukan sistem support yang baru dari staf rumah sakit. - Meningkatkan penguasaan diri
Pengalaman yang dialami ketika menjalani hospitalisasi dapat memberikan kesempatan untuk meningkatkan penguasaan diri anak. Anak akan menyadari bahwa mereka tidak disakiti/ditinggalkan tetapi mereka akan menyadari bahwa mereka dicintai, dirawat dan diobati dengan penuh perhatian. Pada anak yang lebih tua, hospitalisasi akan memberikan suatu kebanggaan bahwa mereka memiliki pengalaman hidup yang baik - Menyediakan lingkungan sosialisasi
Hospitalisasi dapat memberikan kesempatan baik kepada anak maupun orangtua untuk penerimaan sosial. Mereka akan merasa bahwa krisis yang dialami tidak hanya oleh mereka sendiri tetapi ada orang-orang lain yang juga merasakannya. Anak dan orangtua akan menemukan kelompok sosial baru yang memiliki masalah yang sama, sehingga memungkinkan mereka akan saling berinteraksi, bersosialisasi dan berdiskusi tentang keprihatinan dan perasaan mereka, serta mendorong orangtua untuk membantu dan mendukung kesembuhan anaknya.
Saputro, H., & Fazrin, I. (2017). Penurunan Tingkat Kecemasan Anak Akibat Hospitalisasi dengan Penerapan Terapi Bermain. JKI (Jurnal Konseling Indonesia), 3(1), 9-12.
Saputro, H., & Fazrin, I. (2017). Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit: Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit; Proses, Manfaat dan Pelaksanaannya. FORIKES; Ponorogo.
Minggu, 23 Juli 2017
Risiko Jatuh Pada Anak di Rumah Sakit
Pendahuluan
a. Skala/pengukuran jatuh
a. Penatalaksanaan
Kepustakaan
Selasa, 20 September 2016
Evaluasi Pencegahan Risiko Jatuh Oleh Perawat di Ruang Rawat Inap Anak
Penelitian ini dipublikasikan oleh Heri Saputro, S.Kep., Ns., M.Kep di acara seminar nasional keperawatan yang diadakan di Universitas Brawijaya Malang pada tanggal 17 - 18 September 2016.
Kamis, 07 Agustus 2014
INTEGRATED MANAGEMENT CHILDHOOD OF ILLNESS
Integrated Management childhood of illness
IMCI/MTBS
- Cara menangani balita sakit
- Cara memperhatikan semua masalah dan kebutuhan anak secara terpadu.
- Cara memberi asuhan dasar pada bayi muda, untuk memastikan agar bayi muda segera dapat beradaptasi dengan cepat dan aman
PRINSIP DARI PEDOMAN MANAJEMEN TERPADU KASUS KLINIS
- Semua balita sakit umur sampai 5 tahun diperiksa untuk tanda bahaya umum dan semua bayi muda diperiksa untuk tanda-tanda penyakit sangat berat. Tanda-tanda ini menunjukkan perlunya rujukan segera atau dirawat di rumah sakit.
- Anak dan bayi kemudian dinilai untuk gejala utama. Untuk anak yang lebih tua, gejala utama termasuk batuk atau kesulitan bernapas, diare, demam, dan infeksi telinga. Untuk bayi muda, gejala utama meliputi infeksi bakteri lokal, diare, dan ikterus. Sebagai tambahan, semua anak secara rutin dinilai status gizi dan imunisasinya serta masalah potensial lainnya.
- Hanya menggunakan tanda-tanda klinis dalam jumlah terbatas, dipilih berdasarkan sensitivitasnya dan spesivisitasnya untuk mendeteksi penyakit.
- Suatu kombinasi dari tanda-tanda individual mengarah pada satu klasifikasi anak dalam satu atau lebih kelompok gejala, dan bukan satu diagnosa. Klasifikasi penyakit didasarkan pada sistem triase dengan kode warna: “Merah muda“ menunjukkan perlunya rujukan segera sedangkan “kuning“ menunjukkan diperlukannya pengobatan spesifik pada pasien rawat jalan, dan “hijau“ menunjukkan perawatan di rumah.
- Prosedur tatalaksana dari MTBS menggunakan obat-obat esensial dengan jumlah terbatas dan mendorong partisipasi aktif dari pengasuh anak dalam menangani anak.
- Suatu komponen esensial dari MTBS adalah konseling bagi ibu/pengasuh anak berkaitan dengan perawatan di rumah, pemberian makan dan cairan yang tepat, dan kapan harus kembali ke klinik, dengan segera atau untuk tindak lanjut.
TATA LAKSANA BALITA SAKIT UMUR 2 BLN – 5 TH
Menanyakan kepada ibu tentang masalah anak:
- Menghindari penggunaan kata yang menghakimi ibu dan anak seperti “salah“ atau “jelek“
- Duduk dengan kepala anda sejajar dengan kepala ibu
- Melihat ibu dan memberi perhatian saat ibu berbicara
- Menghilangkan halangan (meja atau buku) antara anda dan ibu
- Membuat ibu merasa bahwa anda punya waktu untuk mendengarkan
Memeriksa tanda bahaya umum
Menilai 4 gejala utama:
1. Batuk atau sukar bernapas (Tarikan dinding dada kedalam, Stridor (periksa saat menarik nafas))Disenteri atau diare berdarah menyebabkan dehidrasi dan bisa menyebabkan kurang gizi. Penyebab paling sering dari disenteri adalah bakteri Shigella. Disenteri amuba jarang terjadi pada anak kecil. Seorang anak bisa menderita diare cair dan disenteri.
3. Demam
4. Masalah telinga
Lain-lain (Gizi/Anemia, Vitamin, Imunisasi)
- Suatu klasifikasi pada lajur merah muda berarti anak membutuhkan perhatian dan rujukan segera atau perlu dirawat inap. Ini merupakan klasifikasi berat.
- Suatu klasifikasi pada lajur kuning berarti anak membutuhkan obat oral yang tepat atau pengobatan lain. Tindakan mencakup mengajari ibu cara memberi obat oral atau mengobati infeksi lokal di rumah. Anda juga harus menasihati ibu cara merawat anaknya di rumah dan kapan harus kembali untuk kunjungan ulang.
- Suatu klasifikasi pada lajur hijau berarti anak tidak membutuhkan tindakan medis spesifik seperti antibiotik. Ajari ibu atau pengasuh tentang cara merawat anak di rumah. Sebagai contoh, anda mungkin perlu menasihati tentang cara memberi makan anak sakit atau memberi cairan untuk diare. Selanjutnya ajari ibu tentang tanda yang menunjukkan kapan anak harus kembali segera ke fasilitas kesehatan.
TATA LAKSANA BAYI MUDA UMUR < 2 BLN
- Proses penanganan bayi muda umur kurang dari 2 bulan atau anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun sangat mirip. Namun demikian bayi muda memiliki karakteristik khusus yang harus diperhatikan ketika anda melakukan klasifikasi penyakit mereka. Dalam hal ini, anda akan menilai, mengklasifikasi dan mengobati bayi muda sedikit berbeda dengan bayi yang berumur lebih tua atau pada anak balita.
- MTBS tidak memasukkan tatalaksana kondisi yang berhubungan dengan kelahiran dan persalinan atau kondisi bayi baru lahir yang memerlukan tatalaksana khusus seperti asfiksia, sepsis akibat ketuban pecah dini atau infeksi lain dalam rahim, trauma lahir, atau kondisi akibat imaturitas
1. Memastikan asuhan dasar untuk setiap bayi baru lahir
4. Memastikan perawatan tindak lanjut yang tepat
Selasa, 28 Januari 2014
Cara Memandirikan Anak
Menjadi orang tua bukan hal yang mudah. Semua orang tua menginginkan hal yang terbaik untuk anaknya, hingga terkadang sampai terlalu memanjakan anak tersebut walaupun dengan tujuan untuk kebaikan anak.
Berikut penulis mencoba mengulas beberapa hal cara memandirikan anak dari berbagai sumber:
- Ajarkan anak untuk tidak melemparkan kesalahan. Saat anak jatuh tersandung batu/kursi, jangan mengatakan "Batunya nakal" lalu memukul batu/kursi tersebut. Hal ini dapat membuat anak akan menyalahkan pada benda/orang lain dimasa depan.
- Biarkan anak bermain dengan bebas dan menjelajahi dunianya. Jangan melarang melakukan hal tersebut, dengan itu anak akan mendapatkan pengalaman eksplorasi untuk dirinya. Dengan melarang justru akan membuat anak semakin penasaran dan akan membahayakan sebab anak akan mencari pelarian yang salah dikemudian hari. Pengawasan sangat diperlukan, bukan melarang anak. Biarkan anak jatuh ditanah, tersiram air dan lain-lain, selama tidak membahayakan (jika lecet, basah, tidak terlalu membahayakan)
- Bila anak terlibat masalah di sekolah atau tempat bermain, ketahui dahulu penyebabnya, ditanyakan dahulu pada orang-orang yang terlibat atau melihat kejadian, jangan langsung menyalahkan atau membela anak.
- Jika anak mengalami kekecewaan, tidak perlu orang tua langsung bertindak, tunggu beberapa waktu, latih anak untuk menyelesaikan masalahnya. Jika anak terus murung barulah orang tua berusaha membantu mencari jalan keluar.
- Biarkan anak belajar dari kesalahannya. Saat anak lupa tugas sekolahnya, sebaiknya orang tua tidak langsung turun ikut membantu anak/mengambil alih tugas anak. Bisa jadi anak akan dihukum oleh gurunya, tapi hal itu akan menjadi pelajaran bagi anak, di masa depan, anak tidak akan lalai lagi.
- Jangan membuat mainan/barang sebagai alat untuk membuat anak kembali senang atau bahagia. Hal ini sulit, tetapi harus dilakukan. Orang tua biasanya tidak tega melihat air mata anak, tetapi jika anak kalah dalam sebuah kompetisi, jangan langsung membelikannya mainan atau barang yang anak sukai. Anak akan berfikir semua masalah bisa diselesaikan secara mudah dengan materi.
- Pelajari cara ibu-ibu zaman dahulu merawat anak. Ibu-Ibu zaman dahulu tidak serta merta datang hanya karena anaknya diomeli/dimarahi gurunya. Anak harus belajar menghadapi setiap masalahnya.
- Ajari anak untuk menyelesaikan masalah secara baik-baik terlebih dahulu. Jangan langsung mengadu ke orang tua. Katakan pada anak bahwa ibu dan ayah memang mencintai dan mendukungnya, namun anak juga harus bisa mencari jalan keluarnya sendiri.
- Sadarilah bahwa orang tua tidak selalu mampu mengubah keadaan. Jika anak terlambat bangun, apakah orang tua dapat mengundur jam masuk sekolah? Anak harus menghadapinya. Jadilah pendengar yang baik untuk anak, kadang anak tidak memerlukan bantuan orang tua. Anak hanya ingin punya orang yang selalu siap mendengarkan. Ternyata tindakan ini tanpa harus membuka mulut, tetapi sangat penting bagi anak. Berilah jalan keluar atau nasehat jika mereka meminta atau jika kita rasa saatnya memang tepat, selebihnya biarkan anak yang menanganinya.
- Jangan tergoda untuk selalu membantu anak atau mengendalikan kehidupannya. Ketika anak mengalami kesusahan, kelihatannya memang lebih mudah untuk langsung turun tangan dari pada membiarkannya belajar hikmah dari kejadian tersebut, tapi ketahuilah bahwa ini jauh lebih bermanfaat baginya dimasa depan. Anak akan tumbuh menjadi orang dewasa yang bijaksana. Ia akan mampu membedakan yang baik dan buruk.
- Sadarilah bahwa kita tidak mungkin menciptakan lingkungan yang benar-benar aman untuk anak kita. Orang tua tidak mungkin melindungi anak terus menerus. Jika kita terlalu sering melindungi anak, bisa-bisa anak menjadi kurang pergaulan dan tidak tahu apa-apa. Anak justru tidak bisa bersaing dengan anak lain.
- Sebagai orang tua memang harus melindungi anak, merawat anak, akan tetapi sadarilah diri orang tua sendiri juga haruslah dirawat. Bagaimana akan menolong dan membantu anak jika akhirnya orang tuanya menjadi sakit dan anak menjadi terabaikan.
- Selalu libatkan partisipasi keluarga lain, seperti Kakek, nenek atau paman anak dalam mendidik anak.
Semoga bermanfaat.
Jumat, 01 November 2013
Sabtu, 26 Oktober 2013
Perbedaan Desain Kualitatif Dengan Desain Kuantitatif
Sebelum kita melakukan penelitian yang sebenarnya, kita perlu memahami dengan apa yang disebut sebagai Desain Penelitian.
KARAKTERISTIK | KUANTITATIF | KUALITATIF |
---|---|---|
DESAIN | -Spesifik, rinci dan jelas -Ditentukan sejak awal -Menjadi pedoman langkah selanjutnya | -Umum -Fleksibel -Berkembang selama proses penelitian |
TUJUAN | -Menunjukkan hubungan antar variabel -Menguji teori -Mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif | -Menemukan pola hubungan yang bersifat interaktif -Menemukan teori -Menggambarkan realitas yang kompleks -Memperoleh pemahaman makna |
TEKNIK PENGUMPULAN DATA | -Kuesioner -Observasi dan wawancara terstruktur | -Participant observation -In dept interview -Dokumentasi -Triangulasi |
INSTRUMEN PENELITIAN | -Test, angket, wawancara terstruktur -Instrumen yang telah terstandar | -Peneliti sebagai instrumen -Buku catatan, tape recorder, kamera, handycam, dll |
DATA | -Kuantitatif -Hasil pengukuran variabel | -Deskriptif/kualitatif -Dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan/tindakan responden, dll |
SAMPEL | -Besar -Representatif -Sedapat mungkin random -Ditentukan sejak awal | -Kecil -Tidak representatif -Purposif, Snowball -Berkembang selama proses penelitian |
ANALISIS | - Setelah selesai pengumpulan data -Deduktif -Menggunakan statistik untuk menguju hipotesis | - Terus menerus sejak awal sampai akhir -Induktif -Mencari pola, model, tema, teori |
HUBUNGAN DENGAN RESPONDEN | -Dibuat berjarak, bahkan tanpa kontak supoaya obyektif - Kedudukan peneliti lebih tinggi daripada responden -Jangka pendek sampain hipotesis dapat dibuktikan | - Empati, akrab supaya memperoleh pemahaman yang mendalam -Kedudukan sama -Jangka lama sampai data jenuh, dapat ditemukan hipotesis atau teori |
USULAN DESAIN | -Luas dan rinci -Literatur yang berhubungan dengan masalah dan variabel yang akan diteliti -Prosedur spesifik dan rinci langkah-langkahnya -Masalah dirumuskan dengan spsifik dan jelas -Hipotesis dirumuskan dengan jelas -Ditulis dengan rinci dan jelas sebelum terjun kelapangan | -singkat, umum bersifat sementara -Literatur yang digunakan bersifat sementara. Tidak menjadi pegangan utama -Prosedur bersifat umum -Masalah bersifat sementara dan akan ditentukan setelah studi pendahulauan -Tidak dirumuskan hipotesis -Fokus penelitian ditentukan setelah diperoleh data awal |
KAPAN PENELITIAN DIANGGAP SELESAI | Setelah semua kegiatan yang direncanakan dapat diselesaikan | Setelah tidak ada yang dianggap baru/sudah jenuh |
KEPERCAYAAN TERHADAP HASIL PENELITIAN | Pengujian validitas dan reliabilitan instrumen | Pengujian kredibilitas, depenabilitas, proses dan hasil penelitian |
Bacaan Lainnya:
Pengkajian Keperawatan KeluargaPeraturan Menteri Kesehatan No 17 Tentang Ijin Penyelenggaraan Praktek Keperawatan
Meminimalkan perdarahan dengan traksi kateter pada pasien Post Op TURP
Mengenai Saya
- Heri Saputro, S.Kep., Ns., M.Kep
- Program Studi Pendidikan Ners Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
Popular Posts
-
Oleh : Mochammad Sodiq 1 , Sentot Imami 2 , Heri Saputro 2 Latar Belakang: Trans Uretral Reseksi Prostat merupakan Gold Standar untuk BPH ...
-
Pendahuluan Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen ris...
-
Integrated Management childhood of illness IMCI/MTBS Singkatan dari "Manajemen Terpadu Balita Sakit/Integrated Management Childhood of ...
Recent Posts
Unordered List
Text Widget
Pages
Blog Archive
- April 2019 (1)
- Desember 2018 (1)
- Agustus 2018 (1)
- Desember 2017 (1)
- November 2017 (2)
- Juli 2017 (1)
- September 2016 (1)
- Agustus 2014 (1)
- Januari 2014 (1)
- November 2013 (1)
- Oktober 2013 (6)
- Juni 2013 (1)
- Maret 2013 (2)
- Februari 2013 (4)
- Januari 2013 (3)
- November 2012 (3)
- Oktober 2012 (1)
- September 2012 (3)
- Agustus 2012 (2)