Selasa, 28 November 2017

Dampak Lingkungan terhadap kondisi psikososial anak

Abstract

Banyaknya  gangguan pada anak seperti  kurang bersosialisasi, kurang  inisiatif dan banyak diam karena takut salah dalam melakukan sebuah tindakan menandakan adanya masalah psikososil pada anak, dan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan perkembangan psikososial anak yaitu lingkungan keluarga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh antara lingkuangan keluarga terhadap perkembangan psikososial pada anak usia 4–6 tahun di Kelurahan Tosaren.
Desain penelitian adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Responden diambil dengan menggunakan teknik Simple random Sampling. Populasi dalam penelitian ini Semua anak usia 4-6 tahun di Kelurahan Tosaren sebanyak 147 responden, sampel sebanyak 108 responden. Variabel independen adalah lingkungan keluarga, variabel dependen perkembangan psikosoial anak. Hasil analisis dengan menggunakan uji statistik Regresi logistic α=0,05.Hasil penelitian menunjukan hampir seluruh anak usia 4–6  di kelurahan Tosaren dengan lingkungan keluarga otoriter yaitu sebanyak 90 (83,3%) responden, sebagian besar anak usia 4–6  di kelurahan Tosaren dengan perkembangan psikosial bersalah yaitu sebanyak 75 (69,4%) responden dari total 108 responden. Hasil analisa data menunjukan bahwa tingkat signifikansi nilai p-value = 0,000 sehingga H1 diterima yang artinya ada pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan psikososial pada anak usia 4 – 6 tahun di Kelurahan Tosaren.Lingkungan mempengaruhi perkembangan psikososial anak, hal ini disebabkan karena lingkungan keluarga yang baik dapat memberikan kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan dirinya sesuai dengan norma yang ada dalam kelurga dan masyarakat, sedangkan lingkungan keluarga yang terlalu otoriter dapat membatasi anak dalam mengekspresikan dirinya karena ketika anak mau berbuat sesuatu tetapi selalu memiliki perasaan takut bersalah sehingga anak lebih banyak pasif

Saputro, H., & Talan, Y. (2017). Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Perkembangan Psikososial Pada Anak Prasekolah. JOURNAL OF NURSING PRACTICE, 1(1), 1-8. Retrieved from http://jurnal.strada.ac.id/jnp/index.php/jnp/article/view/16
Share:

Senin, 27 November 2017

Hospitalisasi Anak


Hospitalisasi adalah masuknya individu ke rumah sakit sebagai pasien dengan berbagai alasan seperti pemeriksaan diagnostik, prosedur operasi, perawatan medis, pemberian obat dan menstabilkan atau pemantauan kondisi tubuh.
Hospitalisasi ini merupakan suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini (hospitalisasi) terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga  kondisi tersebut menjadi stressor baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga, perubahan kondisi ini merupakan masalah besar yang menimbulkan ketakutan, kecemasan bagi anak yang dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan psikologis pada anak jika anak tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Respon fisiologis yang dapat muncul meliputi seperti perubahan pada sistem kardiovaskuler seperti palpitasi, denyut jantung meningkat, perubahan pola napas yang semakin cepat, selain itu, kondisi hospitalisasi dapat juga menyebabkan nafsu makan menurun, gugup, pusing, tremor, hingga insomnia, keluar keringat dingin dan wajah menjadi kemerahan. Perubahan perilaku juga dapat terjadi, seperti gelisah, anak rewel, mudah terkejut, menangis, berontak, menghindar hingga menarik diri, tidak sabar, tegang, dan waspada terhadap lingkungan. Hal-hal tersebut membuat anak tidak nyaman serta mengganggu proses perawatan dan pengobatan pada anak. 

Hospitalisasi juga berdampak pada perkembangan anak. Hal ini bergantung pada faktor- faktor yang saling berhubungan seperti sifat anak, keadaan perawatan dan keluarga. Perawatan anak yang berkualitas tinggi dapat mempengaruhi perkembangan  intelektual  anak  dengan  baik  terutama  pada  anak-anak  yang kurang beruntung yang mengalami sakit dan dirawat di rumah sakit. Anak yang sakit dan dirawat akan mengalami kecemasan dan ketakutan.
Dampak jangka pendek dari kecemasan dan ketakutan yang tidak segera ditangani akan membuat anak melakukan penolakan terhadap tindakan perawatan dan pengobatan yang diberikan sehingga berpengaruh terhadap lamanya hari rawat, memperberat kondisi anak dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada anak. Dampak jangka panjang dari anak sakit dan dirawat yang tidak segera ditangani akan menyebabkan kesulitan dan kemampuan membaca yang buruk, memiliki gangguan bahasa dan perkembangan kognitif, menurunnya kemampuan intelektual dan sosial serta fungsi imun
Perkembangan anak-anak tidak lepas dari bermain. Bagi anak, seluruh aktivitasnya adalah bermain yang juga mencakup bekerja, kesenangannya dan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Ketika bermain, anak tidak hanya sekedar melompat, melempar atau berlari, tetapi mereka bermain dengan menggunakan seluruh emosi, perasaan, dan pikirannya. Demikian juga pada anak sakit, Bermain dapat digunakan sebagai media psiko terapi atau pengobatan terhadap anak yang dikenal dengan sebutan terapi bermain. 

Meskipun hospitalisasi menyebabkan stress pada anak, hospitalisasi juga dapat memberikan manfaat yang baik, antara lain menyembuhkan anak, memberikan kesempatan kepada anak unuk mengatasi stres dan merasa kompeten dalam kemampuan koping serta dapat memberikan pengalaman bersosialisasi dan memperluas hubungan interpersonal mereka. 

Dengan  menjalani  rawat inap  atau  hospitalisasi  dapat menangani masalah kesehatan yang dialami anak, meskipun hal ini dapat menimbulkan krisis. 
Manfaat psikologis selain diperoleh anak juga diperoleh keluarga, yakni hospitalisasi anak dapat memperkuat koping keluarga dan  memunculkan strategi koping baru. Manfaat psikologis ini perlu ditingkatkan dengan melakukan berbagai cara, diantaranya adalah

  1. Membantu mengembangkan hubungan orangtua dengan anak
    Kedekatan orang tua dengan anak akan nampak ketika anak dirawat di rumah sakit. Kejadian yang dialami ketika anak harus menjalani hospitalisasi dapat menyadarkan orang tua dan memberikan kesempatan kepada orang tua untuk memahami anak-anak yang bereaksi terhadap stress, sehingga orang tua dapat lebih memberikan dukungan kepada anak untuk siap menghadapi pengalaman di rumah sakit serta memberikan pendampingan kepada anak setelah pemulangannya.
  2. Menyediakan kesempatan belajar
    Sakit dan harus menjalani rawat inap dapat memberikan kesempatan belajar baik bagi anak maupun orangtua tentang tubuh mereka dan profesi kesehatan. Anak-anak yang lebih besar dapat belajar tentang penyakit dan memberikan pengalaman terhadap profesional kesehatan sehingga dapat membantu dalam memilih pekerjaan yang nantinya akan menjadi keputusannya. Orangtua dapat belajar tentang kebutuhan  anak untuk kemandirian, kenormalan dan keterbatasan. Bagi anak dan orangtua, keduanya dapat menemukan sistem support yang baru dari staf rumah sakit.
  3. Meningkatkan penguasaan diri
    Pengalaman yang dialami ketika menjalani hospitalisasi dapat memberikan kesempatan untuk meningkatkan penguasaan diri anak. Anak akan  menyadari bahwa mereka tidak disakiti/ditinggalkan tetapi mereka akan menyadari bahwa mereka dicintai, dirawat dan diobati dengan penuh perhatian. Pada anak yang lebih tua, hospitalisasi akan memberikan suatu kebanggaan bahwa mereka memiliki pengalaman hidup yang baik
  4. Menyediakan lingkungan sosialisasi
    Hospitalisasi dapat memberikan kesempatan baik kepada anak maupun orangtua untuk penerimaan sosial. Mereka akan merasa bahwa krisis yang dialami tidak hanya oleh mereka sendiri tetapi ada orang-orang lain yang  juga merasakannya. Anak dan orangtua akan menemukan kelompok sosial baru yang memiliki masalah yang sama, sehingga memungkinkan mereka akan saling berinteraksi, bersosialisasi dan berdiskusi tentang keprihatinan dan perasaan mereka, serta mendorong orangtua untuk membantu dan mendukung kesembuhan anaknya.








Saputro, H., & Fazrin, I. (2017). Penurunan Tingkat Kecemasan Anak Akibat Hospitalisasi dengan Penerapan Terapi BermainJKI (Jurnal Konseling Indonesia)3(1), 9-12.

Saputro, H., & Fazrin, I. (2017). Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit: Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit; Proses, Manfaat dan Pelaksanaannya. FORIKES; Ponorogo.
Share:

Sample Text

Copyright © Sharing and Health Education | Powered by Blogger